Beranda | Artikel
Aqidah Ahlus Sunnah Mengingkari Sekte Sesat Dalam Islam
Jumat, 14 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Muhammad Nur Ihsan

Aqidah Ahlus Sunnah Mengingkari Sekte Sesat Dalam Islam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. dalam pembahasan Syarah Aqidah Thahawiyah karya Imam Ath-Thahawi Rahimahullah. Kajian ini disampaikan pada Jum’at, 24 Dzul Hijjah 1441 H / 14 Agustus 2020 M.

Status Program Kajian Kitab Syarah Aqidah Thahawiyah

Status program Kajian Syarah Aqidah Thahawiyah: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at pagi, pukul 06:00 - 07:30 WIB.

Download kajian sebelumnya: Islam Adalah Agama Yang Allah Ridhai

Kajian Tentang Aqidah Ahlus Sunnah Mengingkari Sekte Sesat Dalam Islam

Sebagaimana yang pernah kita jelaskan pada pertemuan sebelumnya bahwa agama Islam telah disempurnakan oleh Allah ‘Azza wa Jalla, agama yang telah mencakup seluruh aspek kehidupan, baik hubungan pada Allah, hubungan kepada diri sendiri dan sesama manusia. Hubungan kepada Allah tentang masalah aqidah, keyakinan, dan secara spesifik tentang sifat-sifat Allah, tentang nama-nama Allah Tabaraka wa Ta’ala dan hal-hal yang lain.

Aqidah yang telah sempurna itulah yang diyakini oleh Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan itulah yang diyakini kaum muslimin yang diberi hidayah untuk mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang Allah selamatkan dia dari mengikuti berbagai pemikiran-pemikiran sempalan dan aqidah-aqidah yang sesat yang manisbatkan diri kepada Islam atau kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka mengingkari sifat-sifat Allah atau menyerupakan Allah dengan makhluk.

Sebelumnya, Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi Rahimahullah telah menjelaskan bahwa Ahlus Sunnah wal Jama’ah yaitu mereka yang selamat dari pemikiran tasybih atau menyerupakan sifat Allah dengan makhluk. Ini seperti pengikut kelompok pengikut Dawud Al-Jawaribi dan sejenisnya, ia menyerupakan Allah dan sifatNya kepada makhluk.

Atau juga kaum tathil yang mengingkari sifat Allah yang pendahulunya adalah Jahmiyyah. Pemikiran jahmiyyah dinisbatkan kepada Jahm bin Safwan yang pemikiran tersebut diambil dari Ja’d bin Dirham, sedangkan Ja’d bin Dirham mengambilnya dari kaum Shabiah, kaum filsafat yang juga dari kaum Yahudi yang memiliki korelasi dengan Labid bin Al-A’sham yang menyihir Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Itulah secara global rantai pemikiran kaum Jahmiyyah.

Jahm bin Safwan adalah pencetus pertama ta’thil yang mengingkari sifat Allah. Kemudian pemikirannya dikembangkan oleh kaum Mu’tazilah. Tokoh central mereka yaitu Bisyr Al-Marrisi sudah dibantah oleh Imam Sa’id bin Utsman Ad-Darimi. Itu pemikiran yang diadobsi oleh Mu’tazilah yang mengingkari sifat-sifat Allah.

Pemikiran tersebut yang juga diadobsi oleh ahlul kalam yang lainnya seperti Asya’irah, Maturidiyah dan lainnya yang terjatuh kedalam ta’thil, kendati dalam sebagian sifat, tidak secara keseluruhan. Itulah sumber pemikirannya, bukan dari aqidah Rasul, bukan dari aqidah para sahabat, bukan dari aqidah para Imam yang empat.

Adapun Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, semuanya, semuanya Imam Ahlus Sunnah yang meyakini seluruh sifat Allah, yang meyakini Allah berada di atas ‘Arsy. Maka barangsiapa yang menisbatkan kepada Imam Syafi’i atau imam-imam yang lain bahwa mereka mengingkari Allah di atas ‘Arsy, ini adalah kedustaan yang diketahui oleh setiap orang yang mengenal aqidah Imam Syafi’i dan mengenal aqidah para imam madzahibul arba’ah.

Siapapun yang mengatakan bahwa Imam Syafi’i mengingkari Allah berada di atas ‘Arsy, dia berdusta atas nama Imam Syafi’i. Imam Syafi’i tidak pernah mengajarkan aqidah seperti itu. Dan itu dibuktikan oleh murid-murid beliau yang menulis aqidah Ahlus Sunnah seperti Imam Al-Humaidi dalam kitab Ushulus Sunnah, Imam Al-Muzani (murid senior yang spesial) sampai Imam Syafi’i mengatakan kepada Imam Al-Muzani:

المزني ناصر مذهبي

“Al-Muzani adalah penjuang madzhabku,” yaitu madzhab aqidah dan juga madzhab fiqihnya.

Imam Ahmad adalah murid Imam Syafi’i. Dan perkataan-perkataan Imam Syafi’i serta ulama Syafi’iyyah semuanya menjelaskan bahwa aqidah Imam mereka meyakini Allah di langit, beristiwa di ‘ArsyNya.

Maka kembali saya sampaikan bahwa yang mengatakan bahwa Imam Syafi’i mengingkari keberadaan Allah di atas ‘Arsy, dia telah berdusta atas nama Imam Syafi’i. Kita menuntut mana riwayat yang menjelaskan bahwa Imam Syafi’i mengatakan Allah ada tanpa tempat. Kata mereka:

موجودٌ بلا مكان

“Ada tanpa tempat.”

Tidak terdapat dalam satupun kitab Imam Syafi’i, baik itu dalam kitab الرسالة للإمام الشافعي (Ar-Risalah Al-Imam Asy-Syafi’i), atau kitab الأم (Al-Umm), atau pada kitab murid-murid beliau semuanya. Bahkan seluruh ulama Ahlus Sunnah yang menulis aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah baik dari kalangan lintas madzhab dan secara khusus ulama Syafi’iyyah yang tidak akan mungkin bisa disebutkan satu persatu dalam pembahasan kita dipagi yang penuh berkah ini. Semua menukil perkataan ulama salaf tentang masalah sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Semua sepakat bahwa Imam yang empat tersebut mengatakan Allah berada di atas ‘Arsy. Mereka tidak pernah mengatakan: “Dia ada tanpa tempat.” Ini adalah aqidah jahmiyyah, bukan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah dan bukan pula aqidah Abul Hasan Al-Asy’ari, dan tidak pula aqidah Al-Kullabiyyah, tidak pula aqidah pendahulu Asya’irah.

Adapun mereka yang mengikuti Abul Hasan Al-Asy’ari dalam kitab Al-Ibanah, kitab yang ditulis diakhir-akhir kehidupan beliau, itu menetapkan semua sifat Allah Tabaraka wa Ta’ala. Itu bukti, silakan dibaca. Jika Anda mempunyai semangat mencari kebenaran, buka kitab-kitab mereka. Tapi kalau hanya fanatik dan taqlid buta, jangankan kitab para ulama yang itu bisa salah bisa benar, Al-Qur’an dan hadits Nabi yang maksum tidak diyakini.

Bagaimana penjelasan lengkapnya? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download MP3 Kajiannya

Untuk mp3 kajian yang lain: silahkan kunjungi mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48872-aqidah-ahlus-sunnah-mengingkari-sekte-sesat-dalam-islam/